Kamis, 04 Juni 2020

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU TP. 2020/2021

MI. HIDAYATUL IKHWAN
Menerima Pendaftara Peserta Didik Baru
Tahun Pelajaran 2020/2021
 Pendaftaran Sampai Dengan
Tanggal 4 Juli 2020
 Pendaftaran bisa secara online
Melalui link : Lihat info apa yang saya bagikan: Untitled form - Google Forms @MIUI | https://docs.google.com/forms/u/1/d/1oq24Kg5gMuIdMliw55YeftCW0LnGkyEa4pyQYJKsJwU/edit?usp=drivesdk&chromeless=1

Atau melalui kontak
Whatsapp +62 888-8920-752
Email : hidayatulikhwan1@gmail.com
 Sarpras dan fasilitas MI.HIDAYATUL IKHWAN








Alamat : Kp. Sinangpalai RT 004/001
Desa Situgadung Kecamatan Pagedangan

Minggu, 31 Maret 2019

PENERIMAAN SISWA/I BARU TAHUN PELAJARAN 2019/2020



VISI MADRASAH

TERBENTUKNYA GENERASI YANG BERKUALITAS, BERILMU,, 
BERAKHLAQ DAN BERAMAL


PENDAFTARAN DIBUKA MULAI
1 APRIL 2019


PROGRAM PEMBIASAAN

1. Tadarusan setiap sebelum KBM
2. Shalat dhuha bersama
3. Zikir bersama

EKSTRAKURIKULER
1. Pramuka
2. Sepak Bola
3. Pasukan Baris Berbaris


SEJARAH PERKEMBANGAN MADRASAH IBTIDAIYAH DI INDONESIA

Sejarah Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah di Indonesia

Sejarah Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah di Indonesia



Sejarah Madrasah Ibtidaiyah Di Indonesia

A.    Pengertian Madrasah
Kata madrasah dalam bahasa Arab berarti tempat atau wahana untuk mengenyam proses pembelajaran. Dalam bahasa Indonesia madrasah disebut dengan sekolah yang berarti bangunan atau lembaga untuk belajar dan memberi pengajaran. Karenanya, istilah madrasah tidak hanya diartikan sekolah dalam arti sempit, tetapi juga bisa dimaknai rumah, istana, kuttab, perpustakaan, surau, masjid, dan lain-lain, bahkan seorang ibu juga bisa dikatakan madrasah pemula
Dari pengertian di atas maka jelaslah bahwa madrasah adalah wadah atau tempat belajar ilmu-imu keislaman dan ilmu pengetahuan keahlian lainnya yang berkembang pada zamannya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa istilah madrasah bersumber dari Islam itu sendiri.[1]
B.     Sejarah Madrasah
Madrasah adalah saksi perjuangan pendidikan yang tak kenal henti. Pada jaman penjajahan Belanda madrasah didirikan untuk semua warga.Sejarah mencatat , Madrasah pertama kali berdiri di Sumatra, Madrasah Adabiyah ( 1908, dimotori Abdullah Ahmad), tahun 1910 berdiri madrasah Schoel di Batusangkar oleh Syaikh M. Taib Umar, kemudian M. Mahmud Yunus pada 1918 mendirikan Diniyah  Schoel sebagai lanjutan dari Madrasah schoel, Madrasah Tawalib didirikan Syeikh Abdul Karim Amrullah di Padang Panjang (1907). lalu, Madrasah Nurul Uman didirikan H.  Abdul Somad di Jambi.
       Madrasah berkembang di jawa mulai 1912. ada model madrasah pesantren NU dalam bentuk Madrasah Awaliyah, Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Mualimin Wustha, dan Muallimin  Ulya ( mulai 1919), ada madrasah yang mengaprosiasi sistem pendidikan  belanda plus, seperti muhammadiyah ( 1912) yang mendirikan Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Muallimin, Mubalighin, dan Madrasah Diniyah. Ada juga model AL-Irsyad ( 1913) yang mendirikan Madrasah Tajhiziyah, Muallimin dan Tahassus, atau model Madrasah PUI di Jabar yang mengembangkan madrasah pertanian, itulah singkat tentang sejarah madrasah di indonesia.[2]
C.       Latar Belakang Berdirinya Madrasah di Indonesia
Di Indonesia, permulaan munculnya Madrasah baru sekitar abab 20, meski demikian latar belakang berdirinya madrasah tidak lepas dari dua faktor, yaitu semangat pembaharuan Islam yang berasal dari islam pusat(timur Tengah) dan merupakan respon pendidikan terhadap kebijakaan pemerintah Hindia Belanda yang mendirikan serta mengembangkan sekolah. Hal ini juga diamini oleh M. Arsyad yang dikutip Khoirul Umam, munculnya madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam dikarenakan kekhawatiran terhadap pemerintah Hindia Belanda yang mendirikan sekolah-sekolah umum tanpa dimasukkan pelajaran dan pendidikan agama Islam.
Menyikapi kebijakan tersebut, tokoh-tokoh muslim di Indonesia akhirnya mendirikan dan mengembangkan madrasah di Indonesia didasarkan pada tiga kepentingan utama, yaitu: 1) penyesuaian dengan politik pendidikan pemerintah kolonial; 2) menjembatani perbedaan sistem pendidikan keagamaan dengan sistem pendidikan modern; 3) agenda modernisasi Islam itu sendiri.[3]
     Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengantarkan pendidikan Islam ke dalam babak sejarah baru, yang antara lain ditandai dengan pengukuhan sistem pendidikan Islam sebagai pranata pendidikan nasional. Lembaga-lembaga pendidikan Islam kini memiliki peluang lebih besar untuk tumbuh dan berkembang serta meningkatkan kontribusinya dalam pembangunan pendidikan nasional. 
Madrasah yang merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam, memiliki kiprah panjang dalam dunia pendidikan di Indonesia. Pendidikan madrasah merupakan bagian dari pendidikan nasional yang memiliki kontribusi tidak kecil dalam pembangunan pendidikan nasional atau kebijakan pendidikan nasional. Madrasah telah memberikan sumbangan yang sangat signifikan dalam proses pencerdasan masyarakat dan bangsa, khususnya dalam konteks perluasan akses dan pemerataan pendidikan. 
Dengan biaya yang relatif murah dan distribusi lembaga yang menjangkau daerah-daerah terpencil, madrasah membuka akses atau kesempatan yang lebih bagi masyarakat miskin dan marginal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan. Walau demikian para penulis sejarah pendidikan Islam di Indonesia agaknya sepakat dalam menyebut beberapa madrasah pada periode pertumbuhan, khususnya di wilayah Sumatera dan Jawa.[4]
D.    Pengertian Madrasah Ibtidaiyah
Madrasah ibtidaiyah (disingkat MI) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal diIndonesia, setara dengan Sekolah Dasar, yang pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian Agama. Pendidikan madrasah ibtidaiyah ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Lulusan madrasah ibtidaiyah dapat melanjutkan pendidikan ke madrasah tsanawiyah atau sekolah menengah pertama.
Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun.[5]
E.       Perkembangan Madrasah Ibtidaiyah Pada Masa Orde baru
Masa Orde baru, perkembangan Madrasah Ibtidaiyah ditandai dengan adanya perhatian pemerintah yang diwujudkan dengan adanya rangkaian dikeluarkannya peraturan pemerintah (PP) sejak masa orde lama yakni PP No 33 tahun 1949 dan PP No 33 tahun 1950, yang sebelumnya didahului dengan dikeluarkan Permenag No 1 Tahun 1946, No 7 tahun 1952, No 2 tahun 1960 dan terakhir No. 3 Tahun 1979 tentang pemberian bantuan kepada madrasah.  Kemudian lahir kebijakan  dalam rangka pengembangan madrasah tingkat dasar (Ibtidaiyah), pemerintah (Departemen Agama) mendirikan Mdarasah Wajib Belajar (MWB) yang menjadi langkah awal dari adanya bantuan dan pembinaan madrasah dalam rangka penyeragaman kurikulum dan sistem penyelenggaraannya, dalam upaya peningkatan mutu madrasah ibtidaiyah. Walaupun kemudian MWB ini tidak berjalan sesuai dengan harapan karena berbagai kendala seperti terbatasnya sarana prasarana, masyarakat kurang tanggap dan juga pihak penyelenggara madrasah, setidaknya itu menjadi pendorong kemudian pemerintah mendirikan adanya madrasah negeri yang lebih lengkap dan terperinci, dengan perbandingan materi agama 30% dan materi pengetahuan umum 70%. Dalam Pasal 4 TAP MPRS No.XXVII/MPRS/1966  disebutkan tentang isi pendidikan, di mana untuk mencapai dasar dan tujuan pendidikan, maka isi pendidikan adalah: 
1. Mempertinggi mental, moral, budi pekerti dan memperkuat keyakinan beragama
2. Mempertinggi kecerdasan dan ketrampilan
3. Membina dan mengembangkan fisik yang kuat dan sehat.[6]
pada tahun 1962 terbuka kesempatan untuk menegrikan madrasah untuk semua tingkatan yaitu, Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN), dan Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri (MAAIN). Dengan adanya kesempatan tersebut, maka jumlah keseluruhan madrasah negeri yaitu MIN 358 buah, MTsN 182 buah, dan MAAIN 42 buah.[7]
F.        Eksistensi Madrasah Ibtidaiyah Masa Orde Baru
Sekitar akhir tahun 70-an, pemerintah Orde Baru mulai memikirkan kemungkinan mengintegrasikan madrasah ke dalam Sistem Pendidikan Nasional. Usaha tersebut diwujudkan dengan upaya yang dilakukan pemerintah dengan melakukan upaya memperkuat struktur madrasah, kurikulum dan jenjangnya, sehingga lulusan madrasah dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu sekolah-sekolah yang dikelola oleh departemen pendidikan dankebudayaan. Dalam rangka merespon SKB tersebut, maka disusun kurikulum madrasah tahun 1975 dengan perbandingan bobot alokasi waktu 70% pelajaran umum dan 30% pelajaran agama, ( Zakiah Daradjat (Dkk), 1985: 82. [8]
Ketentuan untuk mengajarkan pengetahuan umum 1/3 dari seluruh jam pengajaran dilatarbelakangi oleh saran Panitia Penyelidik Pengajaran yang mengamati bahwa di madrasah-madrasah jarang sekali diajarkan pengetahuan umum yang sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari. Kekurangan pengetahuan umum akan menyebabkan orang mudah diombang-ambingkan oleh pendapat yang kurang benar dan pikiran kurang luas. [9]


G.    Permasalahan-permasalahan yang ada di Madrasah Ibtidaiyah
Permasalahan yang ada di madrasah adalah kompleks serta saling terkait dengan keadaan lainnya. Permasalah yang ada dan berkembang di masyarakat berasal dari faktor dari dalam diri madrasah (internal) dan faktor dari luar madrasah (eksternal). Faktor yang berasal dari dalam madrasah antara lain adalah kurang  respon dan minatnya umat Islam sendiri untuk menyekolahkan anak-anaknya di madrasah. Secara umum dapat disebutkan permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat sebagai berikut:
a.   Madrasah masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Madrasah dianggap lembaga pendidikan kelas dua.
b.    Kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang memadai. Sehingga kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah justru terasa mempersulit upaya-upaya pengembangan madrasah. 
c.    Mutu pendidikan relatif  rendah kurang terjamin bila dibandingkan dengan sekolah formal karena banyaknya bidang studi yang diajarkan.
d.    Kualitas guru masih rendah. Hal ini ditandai dengan banyaknya guru-guru/ pengajar yang mengajar mata pelajarn yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
e.    Manajemen pengelolaan kurang professional. Hal ini ada kaitannya dengan mutu sumber daya manusia yang rendah, sebab bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya.
f.    Sarana prasarana pendidikan yang pas-pasan.
g.    Jumlah siswa yang sedikit serta berlatar belakang intelegensi yang rendah dan berasal dari keluarga yang tidak mampu.[10]
H.    Pembinaan Pemerintah Terhadap Madrasah
Usaha peningkatan dan pembinaan   dalam pendidikan madrasah ini kembali terwujud dengan adanya Surat Keputusan Besama (SKB)  pada tahun 1975  yang menegaskan bahwa :
a. Yang dimaksud madrasah adalah lembaga pendidikan yang menjadikan agama Islam sebagai mata pelajaran dasar, yang diberikan sekurang-kurangnya 30% di samping mata pelajaran umum.
b. Madrasah meliputi 3 tingkatan ;
1. Madarasah Ibtidaiyah setingkat dengan pendidikan dasar.
2. Madrsah Tsanawiyah setingkat dengan Sekolah Menengah
    Pertama
3. Madrasah Aliyah setingkat dengan Sekolah Menengah Atas
Pembinaan dan pengembangan madrasah versi SKB Tiga menteri terus berlangsung  dengan tujuan mencapai mutu yang dicita-citakan. Penyamaan madrasah dengan sekolah umum tidak hanya dalam hal penjenjangan saja, namun juga dalam hal struktur program dan kurikulum juga mengalami pembakuan dan penyeragaman setidaknya itu diperkuat dengan terbitnya Keputusan Besama Menteri Pendidian dan kebudayaan dengan Menteri Agama  No. 0299/U/1984 dan No. 45 Tahun1984, tentang Pengaturan Pembakuan Kurikulum Sekolah Umum dan Kurikulum Madrasah. Perbedaan terlihat pada identitas madrasah, yang menjadikan pendidikan dengan pelajaran agama sebagai mata pelajaran dasar sekurang-kurangnya 30% di samping mata pelajaran  umum.
Menurut UU Nomor 2 tahun 1989, tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur, memiliki ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (Depag RI, 1991/1991)
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dari undang-undang Sistem Pendidikan Nasional ini, mengusahakan :
1. Membentuk manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi kualitasnya yang mampu mandiri.
2. Pemberian dukungan bagi perkembangan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang terwujud dalam ketahanan nasional yang tangguh, yang mengandung terwujudnya kemampuan bangsa menangkal setiap ajaran, paham dan idiologi yang bertentangan dengan Pancasila.
Dengan landasan demikian, sistem pendidikan nasional dilaksanakan secara nyata, menyeluruh dan terpadu. Semesta dalam arti terbuka bagi seluruh rakyat, dan berlaku di seluruh wilayah negara, menyeluruh dalam arti mencakup semua jalur. Jenjang dan jenis pendidikan, dan terpadu dalam arti adanya saling keterkaitan antara pendidikan nasional dengan seluruh usaha pembangunan nasional.[11]



Menanamkan nilai-nilai Nasionalisme

Menciptakan dan melestarikan lingkungan bersih dan dinamis


Menerapkan pembelajaran membaca Al-Qur'an

Senin, 09 April 2018

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU TP. 2018/2019




YAYASAN HIDAYATUL IKHWAN SITUGADUNG
MI. HIDAYATUL IKHWAN
SITUGADUNG KECAMATAN PAGEDANGAN KAB. TANGERANG BANTEN



A. Visi Madrasah
Terbentuknya Generasi Yang Berkualitas, Beriman, Berilmu, Berakhlak Dan Beramal.

BMisi Sekolah


                 1.        Mengembangkan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga potensi siswa dapat berkembang secara optimal
                 2.        Menjadikan MI Hidayatul Ikhwan sebagai lembaga pendidikan yang dapat mewujudkan harapan dan kebanggaan masyarakat
                 3.        Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama sehingga mampu mengembangkan sikap iman dan taqwa
                 4.        Menumbuhkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan

C. Tujuan Sekolah   

Mengacu pada visi dan misi sekolah, serta tujuan umum pendidikan dasar, tujuan sekolah dalam mengembangkan pendidikan ini adalah sebagai berikut ini.
1.    Kokoh dalam tauhid
2.    Rajin dalam ibadah
3.    Santun dalam berakhlak
4.    Berprestasi dibidang akaemik dan non akademik
5.    Terampil dalam bidang teknologi
6.    Kelulusan yang berkualitas
7.    Memiliki sikap pengabdian di masyarakat

     Seiring berjalannya waktu, MI. Hidayatul Ikhwan melakukan inovasi dan kreatifitas dalam pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), sehingga insya Allah mampu mengemban amanah dari segenap lapisan warga masyaarakat yang mengedepankan pendidikan.

          Dengan demikian sangatlah tepat memilih madrasah sebagai sarana dan fasilitas untuk membimbing putra dan putri kita mendapatkan pendidikan.

         MI. Hidayayul Ikhwan, kembali menerima Pendaftaran Peserta Didik Baru Tahun Pelajaran 2018/2019

PERSYARATAN PENDAFTARAN
1. Usia 6 Tahun
2. Mengisi Formulir Pendaftaran
3. FC. Akta Kelahiran
4. FC. Kartu Keluarga
5. Ijazah/Sertifikat PAUD, TK atau RA
6. Surat Keterangan Pindah (Untuk Pindahan)

WAKTU PENDAFTARAN
1.   Pendaftaran dimulai pada Tanggal 1 April 2018 s.d 2 Juni 2018
2. Tempat pendaftaran di MI. HidayatulIkhwan Kp. Sinangpalai RT 03/01 Desa Situgadung Kec. Pagedangan
3. Pendaftaran diterima setiap jam kerja Pkl. 07.30 wib s.d 15.30
Menanamkan dan menerapkan nilai-nilai nasionalisme sebagai pembekalan menjadi generasi yang cinta kepada bangsa

Melatih kedisiplinan dan ketertiban pada kegiatan Pramuka

Pembelajaran yang variatif untuk menambah kreatifitas dan memanfaatkan situasi

Menjunjung sportifitas sebagai acuan dan mitifasi dalam setiap kompetisi

Membina dan meenaampilkan keceriaan dalam pendidikan








Jumat, 26 Januari 2018

KETIKA SEMESTA DITIMPA BENCANA (Sebuah Renungan)

Allah Swt berfirman : “ Telah nampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan oleh ulah perbuatan tangan manusia, supaya Kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari akibat perbuatannya agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (Al qur’an Surat Ar-Ruum ayat 41)

Bencana datang silih berganti ia datang tak dijemput dan pulang tak diantar, tiba-tiba hadir tiba-tiba pergi begitu saja, berbagai fenomena alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, kekeringan, longsor, banjir, pembunuhan, iklim dan cuaca tidak begitu bersahabat, terasa begitu mudah dijumpai setiap saat di atas dunia ini. Kejadian-kejadian alam tersebut tidak mengenal daerah, negeri ataupun penduduk semuanya terjadi.

Sejak manusia diberi tempat tinggal oleh Allah di muka bumi ini, manusia ditugaskan untuk mengelola bumi ini dengan baik telah melakukan berbagai macam kerusakan-kerusakan, exploitasi untuk kepentingan pribadi dan melampaui batas. Mereka melakukan berbagai macam kejahatan baik kepada sang khalik (pencipta), kepada alam semesta maupun kepada manusia. Kesadaran manusia akan kejahatannya datang ketika mereka diberikan peringatan melalui musibah atau bencana. Allah memberikan teguran kepada manusia melalui bencana dimaksudkan agar mereka sadar dan memperbaiki diri, namun ketika bencana itu tidak ada maka kejahatan itupun terus dilakoninya.

Allah swt berfirman yang artinya : “ dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka  sebagai azab yang dekat (didunia) sebelum azab yang lebih besar (di akherat)  mudah-mudahan mereka kembali (kejalan lurus).” (QS. As-sajadah 21)

Berbagai macam bencana yang terjadi ini tidaklah datang saat ini saja namun Allah telah mengirim berbagai macam bencana kepada kaum-kaum Nabi terdahulu sebagai bentuk peringatan maupun azab atau siksa seperti yang tercantum dalam kitab suci agama Islam yaitu al Qur’an diantaranya :

Banjir besar yang melanda seluruh daratan-daratan yang didiami manusia. Banjir besar yang bukan tingginya satu atau dua meter tetapi puluhan, ratusan bahkan ribuan meter tingginya yang membenamkan setiap rumah, gedung, bahkan melampaui puncak gunung, sehingga tak seorangpun yang dapat menyelamatkan diri dari bencana dahsat itu kecuali 80 orang manusia pengikut Nabi Nuh, as. Karena sudah tersedia sebuah perahu besar yang dibikin atas petunjuk Allah (QS.Nuh 1-28, Al Mu’minun 23-30)

Angin topan yang meniup dan menerbangkan semua yang terdapat di atas bumi, tidak saja manusia, binatang ternak bahkan kayu-kayu berterbangan dan semuanya menjadi sampah yang berserakan tiada guna. Bencana ini diturunkan Allah atas bangsa Aad di zaman Nabi Huud a.s. (Al-A’raf 65-72, Huud 50-60 dan As-Syua’ara 123-140)

Gempa bumi disertai dengan hujan yang terdiri dari batu, dan lumpur panas yang dahsyat menyebabkan bumi pecah dan retak, gedung-gedung dan semua bangunan runtuh dan seluruh manusia tewas dalam sekejap. Bencana ini diturunkan atas bangsa Israel dizaman Nabi Luth, a.s. disebabkan karena kekafirannya dan perbuatan mesum (asusila) yang dilakukan oleh manusia. (Al-a’raf 80-84, An-naml 54-59,dll).

Letusan hebat yang bukan saja memecahkan anak telinga tetapi menjadikan manusia menjadi hancur lebur dalam waktu sedetik. Bencana ini ditimpakan kepada bangsa Tsamuud, satu bangsa besar dan makmur tetapi durhaka dan menentang ajaran Allah dan pada akhirnya bangsa Tsamuud itu lenyap dan menjadi abu dalam tempo sedetik (Al Haqqah 5-5, An-Naml 45-54)

Angin dingin yang amat sangat dingin yang berhembus selama 7 malam 8 hari atas bangsa Aad, sehingga semua orang kafir yang durhaka menjadi kaku (mati) sebagaimana batang-batang korma yang tengahnya kosong (Al-haqqah 6-8)

Bumi dibalikkan yaitu bagian atas ditaruh dibawah dan bagian bawah ditaruh diatas, sehingga semua yang mulanya berada dipermukaan tanah masuk berpuluh-puluh meter dibawah tanah sesudah dibalikkan oleh Allah dengan kekuasaan-nya. Bencana ini menimpa bangsa Israil di zaman nabi Luth (Al Haqqah 9-10)

Awan hitam yang panas yang didatangkan oleh Allah dimusim panas terik, sehingga semua manusia durhaka, durjana mengira bahwa awan hitam itu bertanda akan hujan sehingga mereka bersorak gembira dan senang sambil menyiapkan tempayan untuk menampung air sebagai persediaan air minum, tetapi apa yang terjadi, awan hitam itu turun membawa hawa panas yang panasnya seratus kali lebih panas dari panasnya api bisa sehingga membuat mereka hangus terbakar lalu musnah menjadi abu. Bencana ini ditimpakan Allah atas sebagian kaum Nabi Syuaib a.s. tak lama sesudah Nabi Luth akibat kedurhakaan da kecurangan yang melampaui batas dalam mencari keuntungan materi. (QS. Asy-Syua’araa 189)

Bom Batu dijatuhkan oleh Allah dari langit dengan perantara burung-burung ababil ditimpakan kepada tentara bergajah dibawah komando Abrahah, gubernur Ethiopia di Yaman yang datang untuk menghancurkan ka’bah dan seluruh pasukan hancur lebur (QS. Al-Fiil 1-4)

Kekacauan-kekacauan yang berupa keributan menyebabkan saling bunuh membunuh atau perang sehingga tak satupun yang merasa aman, rasa dendam kusumat, teror meneror yang terus terjadi yang ditimpakan kepada bani Israil sesudah Nabi Musa a.s. dan nabi Isa a.s. karena dosa-dosa mereka yang telah membunuh para nabi dan mengganti Kitab Allah yang sebenarnya dengan tulisan mereka sendiri. (QS. Al-Imran 181, Al-Maidah 15 dan 67 dan 94).

Rekam jejak tsunami ternyata juga sudah terjadi sejak tahun 6.000 Sebelum Masehi. Sebuah media ilmiah Livescience.com mencatat daftar tsunami maha dahsyat yang pernah terjadi di bumi yaitu 6.000 sebelum masehi terjadi bencana berupa Gugusan salju besar di Sisilia longsor dan jatuh ke laut. Longsor yang terjadi pada 8 ribu tahun lalu ini memicu bencana tsunami tersebar di Laut Mediterrania. Tidak ada catatan sejarah bencana ini. Hanya para ilmuwan geologi memperkirakan tsunami dengan kecepatan 320 kilometer per jam ini mencapai ketinggian gedung 10 lantai.

Bencana alam juga terjadi sejak awal masehi seperti yang dilansir oleh worldamazingfact.com mencatat seratus macam bencana terbesar didunia mulai dari Letusan gunung Vesuvius di Pompeii, Italia tahun 79 M. dan peristiwa besar lainnya yang sangat dahsyat.

Di Indonesia sendiri tercatat gempa maha dahsyat dengan kekuatan 9,3 SR mengguncang di Samudra Hindia, lepas pantai barat Aceh. Yang menelan lebih dari 200 ribu orang lebih. Gempa paling besar sepanjang 40 tahun terakhir ini menimbulkan gelombang tinggi di Sumatera Utara, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika.

Dan yang baru-baru ini tanggal 11 Maret 2011, dunia kembali digemparkan oleh gempa bumi berkekuatan 9.0 skala ricter dan disusul dengan gelombang tsunami dahsyat terjadi di Jepang dengan ketinggian 10 meter yang menyebabkan air tumpah kedaratan akibatnya rumah,mobil, pohon-pohon, hewan, kapal, gedung dan manusia berserakan dan ribuan manusia kehilangan nyawa dan tempat tinggal dalam waktu sekejap.

Dan masih banyak lagi bencana yang tidak bisa terekam baik bencana kecil maupun besar di dunia ini,  itu semua menandakan bahwa manusia dan isinya tidaklah memiliki wewenang penuh dalam mengelola alam ini dan Allah tidak mau membiarkan mereka lupa dan berbuat melampaui batas.

Adapun Rasulullah SAW, 14 abad yang lalu telah menjelaskan apasaja yang dapat mengundang bencana ke atas dunia ini, sebagaimana yang sabda beliau yang artinya : ”Bila umatku sudah melaksanakan 15 perkara maka bencana sudah pasti terjadi, yaitu: 1). Bila barang negara sudah diakui/dimiliki oleh orang-orang tertentu, 2). Barang amanat jadi Ganimah (temuan), 3). Mengeluarkan zakat dianggap musibah bagi sikaya, 4). Suami sudah tunduk patuh terhadap istrinya untuk mengerjakan sesuatu yang keluar dari syariat (ajaran islam), 5). Anak menyakiti kedua orang tuanya sementara kepada temannya berlaku baik, 6). Terjadi permusuhan caci mencaci antara jamaah mesjid karena perbedaan masalah/pendapat yang bukan prinsip yang mereka pegang,   7). Diantara yang menjadi memimpin umat baik yang memimpin masyarakat atau agama bukan dari keturunan yang baik-baik, 8). Seseorang memuliakan seseorang karena takut kejelekannya bukan karena wibawa atau karena akhlak dan ilmunya, 9). Orang mabuk dan maksiat sudah terlihat dimana-mana, 10). Seorang pria sudah senang memakai pakaian yang biasanya dipakai wanita, 11). Kedua orang tua diperlakukan seperti pembantu di dalam rumah tangga, 12). Sarana untuk maksiat tersebar dimana-mana, seperti bar, kasino, diskotik dan warung remang-remang, 13).Dancing, dugem dan hiburan yang berbau pornografi dan pornoaksi sudah dianggap kesenian belaka bahkan hiburan yang baik, 14). Bila umat akhir zaman sekarang ini sudah mencaci maki dan tidak menghiraukan pendapat-pendapat mereka (para ulama), 15). Bila umat akhir zaman semuanya sudah ingin berlomba-lomba menjadi seorang selebritis/penyanyi yang terkenal.

Allah Swt berfirman yang artinya : “ Telah Nampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan oleh ulah perbuatan tangan manusia, supaya Kami memperlihatkan kepadanya sebagian dari akibat perbuatannya agar mereka kembali ke jalan yang benar.” (Al qur’an Surat Ar-Ruum ayat 41)

Semua jenis mala petaka setiap tahunnya terus terjadi di atas bumi ini sampai sekarang dan seterusnya, baik berupa banjir, tsunami, teror, angin badai,penyakit menular,kebakaran, perang-perang dan lain sebagainya. Semuanya disebabkan oleh akibat dari perilaku manusia yang berlebihan dan salah satu cara menghentikannya adalah dengan menghentikan segala macam kejahatan dan kekufuran lalu kembali kepada Allah seraya meminta ampunan. Selama manusia masih melakukan hal kekufuran tersebut dan belum taubat maka selama itu pula bencana akan terus melanda.

Sayyidina Abbas r.a paman Nabi SAW pernah berkata yang artinya “ Sesungguhnya bencana itu tidak akan turun kecuali karena dosa, dan bencana itu tidak akan berhenti kecuali dengan taubat”

Kesalahan atau dosa manusia yang banyak terjadi saat ini adalah hampir setiap hari terjadi pembunuhan, pemerkosaan, perzinahan, berjudi, minum minuman keras, pencurian, aborsi, bayi dibuang oleh ibu kandungnya sendiri, mutilasi, menghisap pil setan sabu-sabu atau narkoba, ekploitasi alam secara berlebihan, kebakaran dan juga prilaku Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang melanda seluruh negeri di dunia ini, manusia sudah mulai melupakan nilai-nilai ajaran agama dan Tuhannya dan lebih cendrung mengikuti hawa nafsu dan mengikuti sembahan barunya berupa harta, tahta dan wanita. Dalam kondisi ini maka Allah SWT akan menurunkan musibah atau bencana sebagai laknat atas dosa-dosa tersebut sebagaimana Allah berfirman yang artinya : “ Adapun orang-orang kafir, maka akan Ku siksa mereka denngan siksa yang sangat keras didunia dan di akherat, dan mereka tidak pernah memperoleh penolong.” (QS. Ali Imran : 56)

Melihat kondisi alam yang terus dilanda bencana maka tak salah bila seorang penyanyi Ebiet G Ade bertanya melalui lirik lagunya : “ Kenapa disana sini terjadi bencana, kenapa disana sini terjadi kemiskinan dan pengangguran,, kutanya pada langit, langitpun diam, kutanyakan pada laut, kepada karang, kepada bulan, kepada bintang, dan matahari, tetapi semuanya diam membisu, Mungkin Tuhan sudah bosan melihat tingkah laku kita, yang selalu bangga dengan dosa-dosa atau alam sudah tidak mau bersahabat dengan kita, mari kita tanyakan pada rumput-rumput yang bergoyang mungkin disana ada jawabannya”

Bencana datang bagai seorang pencuri ia datang hanya untuk mengambil harta benda bahkan nyawa, disaat ditunggu-tunggu tidak datang-datang, disaat lengah ia datang secara tiba-tiba. Menyapa tanpa belas kasihan, datang kepada siapa saja  kaya, miskin, tua, muda, pejabat maupun rakyat jelata.

Dan sudah barang tentu setiap yang mengalami bencana pasti mengalami kesediahan dan rasa terpukul yang amat berat, terutama bagi mereka yang  tidak memiliki iman tentu akan putus asa dan menyalahkan alam.oleh karena itu dalam menghadapi cobaan atau bencana yang kita hadapi hendaklah kita memiliki kesiapan mental dan memiliki bekal yang cukup, dan bekal itu adalah bertakwa kepada Allah Swt. Sebagaimana firmanNyayang artinya : “ Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal.” (QS. Al-Baqarah :197).

Dan seandainya penduduk negeri di dunia ini beriman, bertakwa dan bertawakkal kepada Allah SWT.maka Dia akan mencurahkan semua karunia Nya berupa kemakmuran, kedamaian kepada penduduk bumi ini.

Allah Swt berfirman yang artinya : “ Seandainya penduduk negeri itu beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mendustakan (ayat-ayat Kami) maka Kami siksa mereka disebabkan oleh perbuatannya.” (QS. Al-A’raf 96).

Manusia seharusnya merenungi dan belajar dari bencana yang datang silih berganti, tidak ada yang bisa disalahkan kecuali kita manusia harus evaluasi diri (introspeksi diri) mengakui segala kekeliruan dan perbuatan dosa yang kita lalukan serta meminta ampunan taubat dengan sebetul-betul taubat dan bahwa sesungguhnya manusia itu lemah tidak memiliki daya dan kekuatan. Terkadang sebagai manusia terlalu arogan menganggap apa yang menjadi miliknya diatas dunia ini merupakan hasil karya sendiri tanpa menyadari bahwa allah lah yang telah menitipkan harta miliknya itu untuk dijaga dimanfaatkan untuk sesama. Bahkan kita mengingkari akan nikmat yang telah diberikan dan tidak mau  mensyukuri nikmat yang ada. Manusia sudah tenggelam dengan glamornya harta dan meninggalkan Tuhannya maka tatkala itulah azab ditimpakan sebagaimana Allah swt berfirman yang artinya : “ Dan (ingatlah juga), tatkala tuhanmu memaklumkan “ sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim : 7)

Manusia dihadirkan ke atas permukaan bumi oleh Allah dan pasti akan diambil kembali oleh pemilik sang khalik Allah SWT. Dan sebagai manusia yang beriman dalam menghadapi ujian, cobaan, siksaan melalui bencana ini kita harus kuat dan sabar mengahadapi musibah yang melanda negeri yang terjadi Allah swt berfirman yang artinya : “ Dan orang-orang yang sabar itu apabila ditimpa sebuah musibah mereka berkata, inna lillahi wainna ilaihi roji’un (sesungguhnya kita berasal dari Allah dan pasti akan kembali kepada Allah”.

Sebagaimana kutipan firman Allah di bagian awal tulisan ini, kini telah nampak kerusakan diatas muka bumi yang tiada lain disebabkan oleh ulah perbuatan manusia sendiri, oleh karena itu marilah kita senantiasa kembali kepada ajaran Allah SWT sebaimana yang tercantum dalam al-Qur’an dan al Hadits agar kita manusia dan alam semesta ini selamat dari azab yang diturunkan. Marilah kita senantiasa minta ampun dan mudahan kita termasuk orang yang pandai bersyukur atas nikmat dan sabar menghadapi segala macam ujian dan cobaan sebelum akhirnya kita kembali kehadapan Allah. Wallahu A’lam.



Sumber : https://krens1024.wordpress.com/2011/03/14/ketika-semesta-ditimpa-bencana-sebuah-renungan/

Gempa bumi, ( Pelajaran, Peringatan dan Pengetahuan )

Gempa bumi adalah getaran atau getar getar yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Gempa Bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak Bumi (lempeng Bumi). Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa Bumi yang di alami selama periode waktu. Gempa Bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer. Moment magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa Bumi terjadi untuk seluruh dunia. Skala Rickter adalah skala yang di laporkan oleh observatorium seismologi nasional yang di ukur pada skala besarnya lokal 5 magnitude. kedua skala yang sama selama rentang angka mereka valid. gempa 3 magnitude atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan besar nya 7 lebih berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa. Gempa Bumi terbesar bersejarah besarnya telah lebih dari 9, meskipun tidak ada batasan besarnya. Gempa Bumi besar terakhir besarnya 9,0 atau lebih besar adalah 9,0 magnitudo gempa di Jepang pada tahun 2011(per Maret 2011), dan itu adalah gempa Jepang terbesar sejak pencatatan dimulai. Intensitas getaran diukur pada modifikasi Skala Mercalli.

Selanjutnya mari kita pelajari di :

https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi

Jumat, 15 September 2017

TAHUN BARU ISLAM, SEJARAH DAN MAKNANYA

Tahun baru Islam, sejarah dan maknanya diperingati setiap tanggal 1 Muharram oleh kaum Muslimin. Biasanya diadakan kegiatan perayaan yang melibatkan masyarakat dari berbagai usia, baik laki-laki maupun wanita. Pergantian tahun mengingatkan manusia untuk berbenah diri (muhasabah) sejauh mana bekal yang disiapkan untuk menghadapi kehidupan setelah kematian, selalu mencerminkan akhlak mulia, memiliki semangat baru untuk merancang dan menjalani kehidupan ke arah yang secara lebih baik.

Sejarah dan makna tahun baru Islam, keduanya berhubungan erat dengan waktu yang terus berputar. Manusia yang beruntung adalah yang menggunakan waktunya dengan melakukan amal sebanyak dan sebaik mungkin. Detik, menit, jam dan hari yang dimiliki orang sukses adalah proses perjalanan demi menggapai keberhasilan. Sedangkan mereka yang melalaikan waktu dan potensi adalah termasuk orang-orang yang merugi.

Sejarah Tahun Baru Islam
Sejarah digunakannya sistem perhitungan tahun baru Islam bermula di masa Umar bin Al-Khattab r.a. atau 6 tahun pasca wafatnya Nabi SAW. Salah satu riwayat menyebutkan yaitu ketika khalifah mendapat surat balasan yang mengkritik bahwa suratnya terdahulu dikirim tanpa angka. Beliau lalu bermusyawarah dengan para shahabat dan singkat kata, mereka pun berijma’ untuk menjadikan momentum di mana terjadi peristiwa hijrah Nabi saw. sebagai awal mula perhitungan tahun dalam Islam.

Sebelum mengembangkan kalender Islam atau kalender Hijriah, masyarakat Arab mengenali tahun dengan menamainya menggunakan peristiwa penting yang terjadi di tahun tersebut. Misalnya sejarah kelahiran Nabi Muhammad Saw yang dikenal dengan nama “Tahun Gajah”, karena pada tahun tersebut terjadi penyerangan terhadap Ka’bah oleh pasukan yang menggunakan gajah sebagai kendaraan perangnya.

Sedangkan sistem kalender qomariyah berdasarkan peredaran bulan konon sudah dikenal oleh bangsa Arab sejak lama. Demikian juga nama-nama bulannya serta jumlahnya yang 12 bulan dalam setahun. Bahkan mereka sudah menggunakan bulan Muharram sebagai bulan pertama dan Dzulhijjah sebagai bulan ke-12 sebelum masa kenabian. Dengan kata lain, nama-nama bulan dalam kalender Hijriah bukanlah nama-nama baru, melainkan nama-nama bulan yang memang telah dipergunakan sebelumnya dalam sejarah tahun baru Islam.

Penggunaan tahun qomariyah juga sesuai firman Allah, “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).” (Yunus: 5).

Jika pada kalender Masehi sebuah hari dimulai tepat pukul 00.00, maka pada kalender Hijriah memiliki konsep bahwa sebuah hari dimulai pada saat matahari terbenam. Atas dasar prinsip ini pula periode 1 tahun dalam kalender Hijriah 11 hari lebih pendek daripada periode 1 tahun kalender Masehi. Meski secara konsep dasar berbeda, kalender Islam memiliki beberapa kesamaan dengan penghitungan kalender Masehi, di antaranya adalah jumlah bulan (yakni 12 bulan) dan jumlah hari dalam seminggu (yakni 7 hari).

Adapun jumlah hari dalam sebulan kalender Hijriah dihitung berdasarkan siklus sinodik bulan. Karena ketidakstabilan siklus sinodik tersebut, bulan-bulan pada penghitungan kalender tidak memiliki jumlah hari yang sama. Jumlah hari dalam sebulan pada kalender Hijriah berkisar antara 29 – 30 hari; sehingga total hari dalam 1 tahun kalender Islam 354-355 hari. Berikut adalah nama-nama bulan pada kalender Hijriah dan keterangan jumlah harinya:

Muharram (30 hari).
Safar (29 hari).
Rabiul Awal (30 hari).
Rabiul Akhir (29 hari).
Jumadil Awal (30 hari).
Jumadil Akhir (29 hari).
Rajab (30 hari).
Sya’ban (29 hari).
Ramadhan (30 hari).
Syawal (29 hari).
Dzulkaidah (30 hari).
Dzulhijjah (29 atau 30 hari)
Sejarah tahun baru Islam berkaitan erat dengan peristiwa hijrah yang menjadi momentum di mana umat Islam secara resmi keberadaannya secara hukum internasional, memiliki sistem undang-undang formal, punya pemerintahan resmi dan bisa duduk sejajar dengan negara/kerajaan lain dalam percaturan dunia internasional. Sejak itu juga hukum Islam mulai berlaku, seperti qishash dan hudud seperti memotong tangan orang yang mencuri, merajam/mencambuk pezina, hukum waris dan banyak lagi.

Makna Tahun Baru Islam

Makna tahun baru Islam menjadi satu pelajaran yang seolah tertinggalkan. Tertutupi oleh hingar bingar perayaan tahun baru Masehi yang memang sudah tradisi untuk dirayakan secara meriah. Terkesan membosankan, tapi faktanya hal itulah yang dibutuhkan agar nilai-nilainya tetap terjaga dengan baik. Semangat baru yang dijadikan landasan bagi umat dan tokoh Islam dalam memperbaiki kualitas diri.

Perhitungan tahun baru Islam berawal dari peristiwa ketika kaum Muslimin membuat satu keputusan besar untuk mengubah nasib, yaitu hijrah. Kata hijrah secara bahasa artinya berpindah. Berarti upaya perubahan nasib manusia. Semangat untuk tidak diam dan selalu berusaha mencapai cita-cita. Mencoba melakukan lompatan untuk perubahan yang lebih baik. Sekalipun ikhtiar tersebut berat, berisiko, dan harus meninggalkan kebiasaan lama yang mungkin berat.

Makna tahun baru Islam yang pertama adalah mengingatkan kembali pada peristiwa hijrah sehingga meningkatkan kepercayaan kaum muslim akan kebenaran ideologi dan aqidah yang dianut. Tidak mempedulikan segala macam gangguan yang bertujuan menggoda iman. Saat itu Rasulullah saw. sangat percaya akan kesuksesan hijrah, dakwah dan sampainya beliau di hadapan para sahabatnya di Madinah, meskipun beliau akan melalui ancaman dan kesulitan besar dalam perjalanannya.

Makna tahun baru Islam yang kedua adalah mengenalkan kepada generasi muda akan momen kepahlawan dari generasi muda sahabat dalam momen hijrah dan sejarah Islam. Perjuangan yang dilakukan Rasul dan para sahabatnya selama melakukan perjalanan itulah yang menjadi makna tahun baru Islam hendaknya diresapi betul agar perjalanan penuh pengorbanan itu sendiri menjadi sebuah pelajaran hidup bagi umat manusia.

Makna tahun baru Islam yang ketiga adalah menegaskan kembali pentingnya menerapkan akhlak mulia dalam kehidupan yang bersumber dari Al Quran. Hijrah dari suka minum minuman keras ke arah meninggalkan minum alkohol. Hijrah dari perbuatan judi ke arah meninggalkan main judi. Hijrah dari kebiasaan sering berzina ke arah meninggalkan zina. Hijrah dari perbuatan mencuri dan korupsi ke arah meninggalkan pencurian. Hijrah dari suka memakai narkoba ke arah meninggalkan narkoba. Intinya meninggalkan kebiasaan melanggar larangan-Nya menjadi taat melaksanakan perintah Allah Taala.

Untuk melengkapi artikel tentang tahun baru Islam, sejarah dan maknanya, tanggal 1 Muharram merupakan satu dari empat bulan haram dalam kalender Hijriyah. Maka sudah sepantasnya umat muslim di seluruh penjuru dunia untuk berbenah diri menjadi manusia yang lebih baik lagi dari tahun sebelumnya.

Sumber : http://www.mohlimo.com/tahun-baru-islam-sejarah-dan-maknanya/