Rabu, 14 Juni 2017

Zakat Fitrah : Hukum - Waktu - Tempat - Yang Berhak Menerima




Zakat Fitrah : Hukum - Waktu - Tempat - Yang Berhak Menerima. Zakat fitrah adalah bagan penting dari perjalanan puasa ramadhan - malam lailatul qodr hingga sholat idul fitri nanti di awal bulan syawal. Oleh sebab itu karena ini wajib dan penting maka patut dijadikan pengetahuan bersama oleh sebab itu tim http://bacaankeluarga.blogspot.com/ menyajikan artikel ini untuk sobat pengunjung setia. Jangan lupa jika berkenan dan terasa bermanfaat silahkan di share ke teman-teman yang lain ya.

Zakat fitrah adalah mengeluarkan bahan makanan pokok dengan ukuran tertentu setelah terbenamnya matahari pada akhir bulan Ramadhan (malam 1 Syawwal) dengan syarat-syarat yang sudah ditentukan . Zakat fitrah diwajibkan ditahun kedua Hijriyah. Untuk pembahasan zakat yang lainnya baik dari segi dalil maupun hukum , objek dan cara penghitungannya silahkan baca artikel Cara penghitungan zakat.

Dasar wajib zakat fitrah:
عن ابن عمر أنّ رسول الله صلّى الله عليه وسلم فرض زكاة الفطر من رمضان على الناس صاعا من تمر أو صاعا من شعير على كلّ حرّ أو عبد ذكر أو أنثى من المسلمين ( رواه مسلم )
“Diriwayatkan dari Sayyidina Abdullah bin Umar, Sesungguhnya Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah bulan Ramadhan berupa satu sho’ kurma atau satu sho’ gandum atas setiap orang muslim, merdeka atau budak, laki2 maupun perempuan“

Zakat fitrah wajib bagi setiap orang islam yang mampu dan hidup di sebagian bulan Ramadhan serta sebagian bulan Syawwal. Artinya, orang yang meninggal setelah masuk waktu maghrib malam lebaran (malam 1 Syawwal) wajib baginya zakat fitrah (dikeluarkan dari harta peninggalannya). Begitu juga bayi yang dilahirkan sesaat sebelum terbenamnya matahari di hari terakhir bulan Ramadhan dan terus hidup sampai setelah terbenamnya matahari malam 1 Syawwal.
Tapi sebaliknya, orang yang meninggal sebelum terbenamnya matahari di akhir bulan Ramadhan atau bayi yang lahir setelah terbenamnya matahari di malam 1 Syawwal tidak diwajibkan baginya zakat fitrah.

Yang dimaksud mampu yaitu, memiliki harta lebih dari:
Kebutuhan makan dan pakaian untuk dirinya dan orang yang wajib dinafkahi pada siang hari raya beserta malam harinya (1 Syawwal dan malam 2 Syawwal) .
Hutang, meskipun belum jatuh tempo (saat membayar).
Rumah yang layak baginya dan orang yang wajib dinafkahi.
Biaya pembantu untuk istri jika dibutuhkan.

Orang yang wajib dinafkahi yaitu:
Anak yang belum baligh dan tidak memiliki harta.
Anak yang sudah baligh namun secara fisik tidak mampu bekerja seperti lumpuh, idiot, dan sebagainya serta tidak memiliki harta.
Orang tua yang tidak mampu (mu’sir).
Istri yang sah.
Istri yang sudah ditalak roj’i (istri yang pernah dikumpuli dan tertalak satu atau dua) dalam masa iddah.
Istri yang ditalak ba’in (talak 3) apabila dalam keadaan hamil.
Zakat fitrah berupa makanan pokok mayoritas penduduk daerah setempat.

Ukuran zakat fitrah 1 sho’ beras = 2,75 – 3 kg.(atau 3 liter beras)

Urutan dalam mengeluarkan zakat fitrah ketika harta terbatas.
Orang yang memiliki kelebihan harta seperti di atas tetapi tidak mencukupi untuk fitrah seluruh keluarganya, maka dikeluarkan sesuai urutan berikut :
Dirinya sendiri.
Istri.
Pembantu istri sukarela (tanpa bayaran).
Anak yang belum baligh.
Ayah yang tidak mampu.
Ibu yang tidak mampu.
Anak yang sudah baligh dan tidak mampu (secara fisik dan materi).
Jika kelebihan harta tersebut kurang dari 1 sho’ maka tetap wajib dikeluarkan.

Hikmah Zakat Fitrah

Zakat secara bahasa berarti an namaa' (tumbuh), az ziyadah (bertambah), ash sholah (perbaikan), menjernihkan sesuatu dan sesuatu yang dikeluarkan dari pemilik untuk menyucikan dirinya. Fithri sendiri berasal dari kata ifthor, artinya berbuka (tidak berpuasa). Zakat disandarkan pada kata fithri karena fithri (tidak berpuasa lagi) adalah sebab dikeluarkannya zakat tersebut.

Sedangkan menurut istilah, zakat fithri berarti zakat yang diwajibkan karena berkaitan dengan waktu ifthor (tidak berpuasa lagi) dari bulan Ramadhan.


Hikmah Disyari'atkan Zakat Fitrah

Hikmah disyari'atkannya zakat fithri adalah:

untuk berkasih sayang dengan orang miskin, yaitu mencukupi mereka agar jangan sampai meminta-minta di hari 'ied, memberikan rasa suka cita kepada orang miskin supaya mereka pun dapat merasakan gembira di hari 'ied, dan membersihkan kesalahan orang yang menjalankan puasa akibat kata yang sia-sia dan kata-kata yang kotor yang dilakukan selama berpuasa sebulan.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata,

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri untuk mensucikan orang yang berpuasa dari bersenda gurau dan kata-kata keji, dan juga untuk memberi makan miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat maka zakatnya diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat maka itu hanya dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah."


Hukum Zakat Fitrah

Zakat Fithri adalah shodaqoh yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim pada hari berbuka (tidak berpuasa lagi) dari bulan Ramadhan. Bahkan Ishaq bin Rohuyah menyatakan bahwa wajibnya zakat fithri seperti ada ijma' (kesepakatan ulama) di dalamnya

Bukti dalil dari wajibnya zakat fithri adalah hadits Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, ia berkata,

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mewajibkan zakat fithri dengan satu sho' kurma atau satu sho' gandum bagi setiap muslim yang merdeka maupun budak, laki-laki maupun perempuan, anak kecil maupun dewasa. Zakat tersebut diperintahkan dikeluarkan sebelum orang-orang keluar untuk melaksanakan shalat 'ied."

Perlu dipehatikan bahwa shogir (anak kecil) dalam hadits ini tidak termasuk di dalamnya janin. Karena ada sebagian ulama seperti Ibnu Hazm yang mengatakan bahwa janin juga wajib dikeluarkan zakatnya. Hal ini kurang tepat karena janin tidaklah disebut shogir dalam bahasa Arab juga secara 'urf (kebiasaan yangg ada).

Wajib Zakat Fitrah

- Zakat fithri ini wajib ditunaikan oleh:

Setiap muslim karena untuk menutupi kekurangan puasa yang diisi dengan perkara sia-sia dan kata-kata kotor,

- Yang mampu mengeluarkan zakat fithri.

Menurut mayoritas ulama, batasan mampu di sini adalah mempunyai kelebihan makanan bagi dirinya dan yang diberi nafkah pada malam dan siang hari 'ied. Jadi apabila keadaan seseorang seperti ini berarti dia dikatakan mampu dan wajib mengeluarkan zakat fithri. Orang seperti ini yang disebut ghoni (berkecukupan) sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,

"Barangsiapa meminta-minta, padahal dia memiliki sesuatu yang mencukupinya, maka sesungguhnya dia telah mengumpulkan bara api."

Mereka berkata, "Wahai Rasulullah, bagaimana ukuran mencukupi tersebut?"

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Seukuran makanan yang mengenyangkan untuk sehari- semalam."

Dari syarat di atas menunjukkan bahwa kepala keluarga wajib membayar zakat fithri orang yang ia tanggung nafkahnya.

Menurut Imam Malik, ulama Syafi'iyah dan mayoritas ulama, suami bertanggung jawab terhadap zakat fithri si istri karena istri menjadi tanggungan nafkah suami.

Kapan Seseorang Mulai Terkena Kewajiban Membayar Zakat Fithri? Seseorang mulai terkena kewajiban membayar zakat fithri jika ia bertemu terbenamnya matahari di malam hari raya Idul Fithri. Jika dia mendapati waktu tersebut, maka wajib baginya membayar zakat fithri. Inilah yang menjadi pendapat Imam Asy Syafi'i.

Alasannya, karena zakat fithri berkaitan dengan hari fithri, hari tidak lagi berpuasa. Oleh karena itu, zakat ini dinamakan demikian (disandarkan pada kata fithri) sehingga hukumnya juga disandarkan pada waktu fithri tersebut.

Misalnya, apabila seseorang meninggal satu menit sebelum terbenamnya matahari pada malam hari raya, maka dia tidak punya kewajiban dikeluarkan zakat fithri. Namun, jika ia meninggal satu menit setelah terbenamnya matahari maka wajib baginya untuk mengeluarkan zakat fithri.

Begitu juga apabila ada bayi yang lahir setelah tenggelamnya matahari maka tidak wajib dikeluarkan zakat fithri darinya, tetapi dianjurkan sebagaimana terdapat perbuatan dari Utsman bin 'Affan yang mengeluarkan zakat fithri untuk janin. Namun, jika bayi itu terlahir sebelum matahari terbenam, maka zakat fithri wajib untuk dikeluarkan darinya.


Bentuk zakat fitrah

Bentuk zakat fithri adalah berupa makanan pokok seperti kurma, gandum, beras, kismis, keju dan semacamnya. Inilah pendapat yang benar sebagaimana dipilih oleh ulama Malikiyah, Syafi'iyah, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu' Fatawa.
Namun hal ini diselisihi oleh ulama Hanabilah yang membatasi macam zakat fithri hanya pada dalil (yaitu kurma dan gandum). Pendapat yang lebih tepat adalah pendapat pertama, tidak dibatasi hanya pada dalil.(Shahih Fiqh Sunnah, 2/82)

Ulama Malikiyah, Syafi'iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa tidak boleh menyalurkan zakat fithri dengan uang yang senilai dengan zakat. Karena tidak ada satu pun dalil yang menyatakan dibolehkannya hal ini. Sedangkan ulama Hanafiyah berpendapat bolehnya zakat fithri diganti dengan uang.

Pendapat yang tepat dalam masalah ini adalah tidak bolehnya zakat fithri dengan uang sebagaimana pendapat mayoritas ulama.


Ukuran Zakat Fitrah

Ukuran & Jenis Barang yang Harus Dizakatkan :

Abu Said Al-Khudry ra berkata: Pada zaman Nabi SAW kami selalu mengeluarkan zakat fitrah satu sha’ makanan, atau satu sha’ kurma, atau satu sha’ sya’ir, atau satu sha’ anggur kering. Muttafaq Alaihi. Dalam suatu riwayat lain: Atau satu sha’ susu kering. Abu Said berkata: Adapun saya masih mengeluarkan zakat fitrah seperti yang aku keluarkan pada zaman Nabi SAW Dalam riwayat Abu Dawud: Aku selamanya tidak mengeluarkan kecuali satu sha’

Besarnya zakat fitrah menurut ukuran sekarang adalah 2,5 kg atau 3,5 liter. Sedangkan makanan yang wajib dikeluarkan yang disebut nash hadits yaitu tepung, terigu, kurma, gandum, zahib (anggur) dan aqith (semacam keju). Untuk daerah/negara yang makanan pokoknya selain 5 makanan di atas, mazhab Maliki dan Syafi’i membolehkan membayar zakat dengan makanan pokok yang lain.

Dari hadits di atas, bayarlah zakat fitrah anda dengan makanan yang biasa anda makan. Bukan uang. Karena Nabi dan para sahabat membayar zakat Fitrah dengan makanan. Bukan dengan uang yang biasa mereka pakai seperti uang Dirham.

Jika anda membayarnya dengan uang kertas rupiah, maka jumlah uang di kalangan bawah bertambah. Ini menyebabkan nilai rupiah turun/inflasi dan harga-harga barang naik. Apalagi saat lebaran di mana para pedagang banyak yang mudik, maka harga beras yang mulainya Rp 6000/kg bisa naik jadi Rp 10.000/kg sehingga mereka kesulitan membeli makanan.


Waktu & Tempat

Waktu Berzakat Fitrah
Waktu mengeluarkan zakat fitrah:

  1. Waktu wajib,: yaitu ketika mendapati sebagian dari bulan Ramadhan dan sebagian dari bulan Syawwal.
  2. Waktu jawaz (boleh), yaitu mulai awal Ramadhan. Dengan catatan orang yang telah menerima fitrah darinya tetap dalam keadaan mustahiq (berhak menerima zakat) dan mukim saat waktu wajib.Jika saat wajib orang yang menerima fitrah dalam keadaan kaya atau musafir maka wajib mengeluarkan kembali.
  3. Waktu fadhilah (utama), yaitu setelah terbitnya fajar hari raya (1 Syawwal) sebelum pelaksanaan shalat ied.
  4. Waktu makruh, yaitu setelah pelaksaan shalat ied hingga terbenamnya matahari 1 Syawwal, kecuali karena menunggu kerabat atau tetangga yang berhak menerimanya.
  5. Waktu haram, yaitu mengakhirkan hingga terbenamnya matahari 1 Syawwal kecuali karena udzur seperti tidak didapatkan orang yang berhak didaerah itu. Namun wajib menggodho’i. 

Dari Ibnu Umar ra berkata: “Rasulullah saw mewajibkan zakat fitrah satu sha’ kurma atau gandum pada budak, orang merdeka, lelaki perempuan, anak kecil dan orang dewasa dari ummat Islam dan memerintahkan untuk membayarnya sebelum mereka keluar untuk sholat ‘iid. ( Mutafaq alaih ).

Hadis riwayat Ibnu Umar ra.:

Bahwa Rasulullah saw. memerintahkan agar zakat fitrah diberikan sebelum manusia berangkat untuk salat Ied. (Shahih Muslim No.1645)

Zakat Fitrah harus diberikan sebelum shalat ‘ied. Misalnya 1 atau 2 hari sebelum shalat ‘ied. Jika lewat dari shalat ‘ied, maka jatuhnya sebagai sedekah.

Dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dari perkataan yang tidak berguna dan kotor, dan sebagai makanan bagi orang-orang miskin. Maka barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum sholat, ia menjadi zakat yang diterima dan barangsiapa mengeluarkannya setelah sholat, ia menjadi sedekah biasa. Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah.

Yang menunjukkan waktu afdhol adalah hadits Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, "Barangsiapa yang menunaikan zakat fithri sebelum shalat maka zakatnya diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat maka itu hanya dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah." (HR. Abu Daud no. 1609 dan Ibnu Majah no. 1827)

Sedangkan dalil yang menunjukkan waktu dibolehkan yaitu satu atau dua hari sebelum adalah disebutkan dalam shahih Al Bukhari,

"Dan Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma memberikan zakat fithri kepada orang-orang yang berhak menerimanya dan dia mengeluarkan zakatnya itu sehari atau dua hari sebelum hari Raya 'Idul Fithri." (HR. Bukhari no. 1511)

Tempat Berzakat Fitrah

Zakat fithri disalurkan di negeri tempat seseorang mendapatkan kewajiban zakat fithri yaitu di saat ia mendapati waktu fithri (tidak berpuasa lagi). Karena wajibnya zakat fithri ini berkaitan dengan sebab wajibnya yaitu bertemu dengan waktu fithri.(Al Mawsu'ah Al Fiqhiyah, 2/8284)


Penerima Zakat Fitrah

Mayoritas ulama berpendapat bahwa zakat fithri disalurkan pada 8 golongan sebagaimana disebutkan dalam surat At Taubah ayat ke 60,

Allah Ta'ala berfirman (yang artinya), "Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang- orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana" (QS. At Taubah: 60)

Sedangkan ulama Malikiyah, Imam Ahmad dalam salah satu pendapatnya dan Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa zakat fithri hanyalah khusus untuk fakir miskin saja.

Syarat sah zakat fitrah:
I. Niat.
Niat wajib dalam hati. Sunnah melafadzkannya dalam madzhab syafi’i.
Niat untuk fitrah diri sendiri:

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ اْلفِطْرِ عَنْ نَفْسِي لِلَّهِ تَعَالىَ
(Saya niat mengeluarkan zakat fitrah saya karena Allah Ta’ala)


Niat untuk zakat fitrah orang lain:

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ اْلفِطْرِ عَنْ فُلاَنٍ أَوْ فُلاَنَةْ لِلَّهِ تَعَالىَ
(saya niat mengeluarkan zakat fitrah fulan atau fulanah karena Allah Ta’ala)

CATATAN : Anak yang sudah baligh, mampu secara fisik, tidak wajib bagi orang tua mengeluarkan zakat fitrahnya. Oleh karena itu apabila orang tua hendak mengeluarkan zakat fitrah anak tersebut, maka caranya :
Men-tamlik makanan pokok kepadanya (memberikan makanan pokok untuk fitrahnya agar diniati anak tersebut).
Atau mengeluarkannya dengan seizin anak.

Cara niat zakat fitrah
a. Jika dikeluarkan sendiri, maka diniatkan ketika menyerahkannya kepada yang berhak atau setelah memisahkan beras sebagai fitrahnya. Apabila sudah diniatkan ketika dipisah maka tidak perlu diniatkan kembali ketika diserahkan kepada yang berhak.

b. Jika diwakilkan, diniatkan ketika menyerahkan kepada wakil atau memasrahkan niat kepada wakil. Apabila sudah diniatkan ketika menyerahkan kepada wakil maka tidak wajib bagi wakil untuk niat kembali ketika memberikan kepada yang berhak, namun lebih afdhol tetap meniatkan kembali, tetapi jika memasrahkan niat kepada wakil maka wajib bagi wakil meniatkannya.

II. Menyerahkan kepada orang yang berhak menerima zakat,
yaitu ada 8 golongan yang sudah maklum.

Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam berzakat Fitrah:
1. Tidak sah memberikan zakat fitrah untuk masjid.

2. Panitia zakat fitrah yang dibentuk oleh masjid, pondok, LSM, dll (bukan BAZ) bukan termasuk amil zakat karena tidak ada lisensi dari pemerintah.

3. Fitrah yang dikeluarkan harus layak makan, tidak wajib yang terbaik tapi bukan yang jelek.

4. Istri yang mengeluarkan fitrah dari harta suami tanpa seizinnya untuk orang yang wajib dizakati, hukumnya tidak sah.

5. Orang tua tidak bisa mengeluarkan fitrah anak yang sudah baligh dan mampu kecuali dengan izin anak secara jelas.

6. Menyerahkan zakat fitrah kepada anak yang belum baligh hukumnya tidak sah (qobd-nya), karena yang meng-qobd harus orang yang sudah baligh.

7. Zakat fitrah harus dibagikan pada penduduk daerah dimana ia berada ketika terbenamnya matahari malam 1 Syawal. Apabila orang yang wajib dizakati berada di tempat yang berbeda sebaiknya diwakilkan kepada orang lain yang tinggal di sana untuk niat dan membagi fitrahnya.

8. Bagi penyalur atau panitia zakat fitrah, hendaknya berhati-hati dalam pembagian fitrah agar tidak kembali kepada orang yang mengeluarkan atau yang wajib dinafkahi, dengan cara seperti memberi tanda pada fitrah atau membagikan kepada blok lain.

9. Mustahiq (orang yang berhak menerima zakat) tetap wajib fitrah sekalipun dari hasil fitrah yang didapatkan jika dikategorikan mampu.

10. Fitrah yang diberikan kepada kyai atau guru ngaji hukumnya TIDAK SAH jika bukan termasuk dari 8 golongan mustahiq.

11. Anak yang sudah baligh dan tidak mampu (secara materi) sebab belajar ilmu wajib (fardlu ‘ain atau kifayah) adalah termasuk yang wajib dinafkahi, sedangkan realita yang ada mereka libur pada saat waktu wajib zakat fitrah. Oleh karena itu, caranya harus di-tamlikkan atau dengan seizinnya sebagaimana di atas.

12. Ayah boleh meniatkan fitrah seluruh keluarga yang wajib dinafkahi sekaligus. Namun banyak terjadi kesalahan, fitrah anak yang sudah baligh dicampur dengan fitrah keluarga yang wajib dinafkahi. Yang demikian itu tidak sah untuk fitrah anak yang sudah baligh. Oleh karena itu, ayah harus memisah fitrah mereka untuk di-tamlikkan atau seizin mereka sebagaimana keterangan di atas.

13. Fitrah dengan uang tidak sah menurut madzhab Syafi’i.

Semoga artikel Zakat Fitrah : Hukum - Waktu - Tempat - Yang Berhak Menerima ini bermanfaat untuk para pengunjung setia semua.

8 GOLONGAN YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT (MUSTAHIQ)s

Berdasarkan pada surat at Taubah ayat 58-60 tentang orang yang berhak menerima zakat, yaitu :

"... Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah bagi fakir miskin, para amil, para muallaf yang dibujuk hatinya, mereka yang diperhamba, orang-orang yang berutang, yang berjuang di jalan Allah, dan orang kehabisan bekal di perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana."

Jadi berdasarkan firman Allah Swt tersebut, terdapat 8 golongan yang berhak menerima zakat :

1. Fakir
Fakir yaitu orang dalam kebutuhan, tapi dapat menjaga diri tidak meminta-minta

2. Miskin
Miskin adalah orang yang dalam kebutuhan dan suka meminta-minta.

3. Amil zakat
Amil zakat merupakan orang yang melaksanakan segala urusan zakat berupa pengumpulan dan penjagaannya, serta menghitung keluar masuknya zakat

4. Golongan muallaf
Muallaf dalam berbagai referensi terbagi dalam beberapa macam golongan, diantaranya :
Golongan yang diharapkan keislamannya atau keislaman kelompok serta keluarganya
Golongan orang yang dikuatirkan kelakuan jahatnya
Golongan orang yang baru masuk Islam
Pemimpin dan tokoh masyarakat yang telah memeluk Islam yang mempunyai sahabat-sahabat kafir.
Pemimpin dan tokoh kaum Muslimin yang berpengaruh di kalangan kaumnya, akan tetapi imannya masih lemah.
Kaum Muslimin yang tinggal di benteng-benteng dan daerah perbatasan musuh.
Kaum Muslimin yang membutuhkannya untuk mengurus zakat orang yang tidak mau mengeluarkan, kecuali dengan paksaan.

Sebagian besar orang biasanya mengartikan muallaf sebagai orang yang baru masuk islam

5. Memerdekakan budak belian
Ada beberapa cara untuk memerdekakan budak, diantaranya yaitu:

a. menolong hamba mukatab, yaitu budak yang memiliki perjanjian dengan tuannya, misalnya : ia sanggup menghasilkan harta dengan nilai dan ukuran tertentu, maka dia dibebaskan

b. Seseorang dengan harta zakatnya membeli seorang budak kemudian membebaskannya.

6. Gharimun
Gharimun adalah orang yang berhutang. Dan kta boleh menyerahkan zakat atas dasar fakirnya bukan karena hutangnya (Menurut Ibnu Humam dalam al Fath)
7. Mujahidin
Mujahidin merupakan orang yang berjihad di jalan Allah. Didalam Al-Quran digambarkan sasaran zakat yang ketujuh ini dengan firmanNya: "Di jalan Allah". Sabil berarti jalan. Jadi sabilillah artinya jalan yang menyampaikan pada ridha Allah, baik akidah maupun perbuatan. Sabilillah adalah kalimat yang bersifat umum, mencakup segala amal perbuatan ikhlas, yang digunakan untuk bertakkarub kepada Allah, dengan melaksanakan segala perbuatan wajib, sunat dan bermacam kebajikan lainnya.

8. Ibnu sabil
Ibnu sabil atau musafir, yaitu orang yang melakukan perjalanan dari suatu daerah ke daerah lain. Menurut pendapat beberapa ulama, ibnu sabil mempunyai hak zakat, walaupun ia kaya, jika ia terputus bekalnya (kehabisan bekal).

Refrences : http://www.portalinfaq.org

Siswa MI. Hidayatul Ikhwan saat mengikuti kegiatan Pesantren Ramadhan

HIIKMAH ZAKAT



Hikmah dari zakat antara lain:
1. Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka yang miskin.
2. Pilar amal jama’i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da’i yang berjuang dan berda’wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.
3. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
4. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
5. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
6. Untuk pengembangan potensi ummat
7. Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
8. Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat.
Zakat Dalam Al- Qur’an
1. QS (2:43) (“Dan dirikanlah salat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’”.)
2. QS (9:35) (Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.”)
3. QS (6: 141) (Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan).

Kamis, 08 Juni 2017

Sabtu, 03 Juni 2017

5 Manfaat puasa untuk anak dan cara mengajarkannya

Puasa adalah menahan lapar, haus dan segala perbuatan buruk yang dapat membatalkan pahala puasa dan puasa selama batas waktu yang ditentukan. Puasa diwajibkan bagi orang yang beriman. Macam-macam puasa di dalam islam sangat banyak ada yang hukumnya wajib seperti puasa pada bulan Ramadhan dan ada yang hukumnya sunnah seperti puasa pada hari senin dan hari kamis beserta manfaat puasa senin kamis dan juga manfaat puasa Daud, yang mana puasa dilakukan untuk satu hari dan pada hari berikutnya tidak menjalankan puasa begitu caranya seterusnya.

ads
Puasa memiliki banyak manfaat berpuasa khususnya bagi anak. Bagi anak – anak yang sudah menginjak remaja maka hukum puasa adalah wajib. Tapi tidak sedikit juga anak yang menjalankan puasa setengah hari sebagai latihan pertama. Umunya mereka berusia 4 tahun sampai 8 tahun. Sebagai orang tua tugas orang tua adalah menanamkan pengertian anak tentang puasa dan lakukan pendekatan kepada anak dengan cara yang baik dan menyenangkan. Katakan kalimat motivasi sehingga mereka menjadi bersemangat dalam menjalankan ibadah puasa. Contohnya adalah dengan berpuasa menjadikan kita sehat selalu, tubuh yang sehat merupakan impian setiap orang. Menjalankan puasa dan rasakan manfaat taat kepada Allah SWT dan disayangi oleh Allah SWT.

Berikut ini adalah manfaat puasa untuk anak :

1. Puasa mendekatkan anak pada agama

Puasa adalah perintah dari Allah SWT. Sedari dini lakukan pendekatan kepada anak mengenai keindahan puasa untuk mendekatkan diri kepada Sang pencipta. Manfaat agama Allah menciptakan manusia untuk beribadah kepadaNya. Sesuai dengan isi surat Al-Baqarah ayat 183 yang berbunyi :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa.

Ayat ini menjelaskan tentang hukum puasa yang diwajibkan bagi orang yang beriman. Sebagaimana orang-orang beriman yang terdahulu telah menjalankan puasa. Puasa mengajarkan banyak hal tentang kehidupan dan kesyukuran bagi anak. Latih anak sedari kecil untuk mengetahui apa pengertian puasa, ayat – ayat yang mewajibkan puasa dan bagaimana cara yang benar dalam menjalankan puasa mulai dari sahur niatnya sampai dengan berbuka puasa saat azan maghrib berkumandang di mesjid.

Anak diajarkan berpuasa agar melatih mereka menyadari keberadaan Sang pencipta pada diri mereka. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

2. Puasa mengajarkan kedisiplinan bagi anak

Dengan berpuasa anak akan diajarkan kedisiplinan soal waktu. Dalam berpuasa setiap hari anak  juga akan diajarkan bangun pagi untuk makan sahur. Ajarkan juga anak untuk berdoa sebelum sahur sebagai niat menjalankan ibadah puasa. Bangun pagi ini akan menjadi kebiasaan bagi anak di pagi hari. Manfaat olahraga juga baik dilakukan pada pagi hari.

Begitu juga saat berbuka puasa ajarkan anak doa berbuka puasa. Berbuka puasa baiknya dengan manfaat sari kurma karena dianjurkan berbuka dengan rasa manis. Ajarkan juga anak untuk bersyukur bahwa mereka telah menyelesaikan puasa mereka dengan sungguh-sungguh. Kedisiplinan sangat penting diajarkan mulai  sedini mungkin karena akan melatih anak  disiplin dalam segala hal yang dikerjakannya saat sudah besar nanti.

3. Puasa mengajarkan rasa empati

Rasa empati dapat timbul dari kebiasaan salah satunya dengan berpuasa. Menjalankan puasa mengajarkan anak berempati menghargai setiap hal yang di dapatnya dalam skala kecil mulai dari makanan dan minuman. Berbagi manfaat air putih bersama temannya mengajarkan pada mereka bahwa di luar sana banyak anak yang mengalami nasib tidak seberuntung mereka. Rasa empati menjadikan anak peduli pada lingkungan sekitar.

4. Puasa menjadikan tubuh anak lebih sehat.

Sudah banyak penelitian yang membuktikan manfaat puasa bagi kesehatan tubuh manusia. Puasa membantu pola makan anak menjadi teratur. Waktu makan dengan puasa sudah ditentukan yakn

Ramadhan kita, anda dan semua



Rahasia 10 HARI terakhir di bulan RAMADHAN
   

Bahagia saat melewati sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan

Nabi saw bersabda:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Gapailah lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan” (Bukhari)

Dari Aisyah ra berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

“Adalah Rasulullah saw apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencangkan kainnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya. “ (Bukhari dan Muslim).

Saat sepuluh malam terakhir merupakan malam-macam puncak Ramadhan, pada malam-malam dan hari-hari tersebut merupakan waktu yang tiada terbilang limpahan rahmat dan karunia yang disediakan oleh Allah SWT. Oleh karena itulah Rasulullah saw tidak mau ketinggalan memanfaatkan malam-malamnya dengan mengencangkan ikat pinggangnya dengan menjauhi istri-istrinya untuk mengisinya dengan ibadah.
Bahwa 10 malam terakhir merupakan saat-saat yang indah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT, saat-saat indah untuk beribadah dan memohon ampun kepadanya, meraih berkah dan pahala, serta memohon agar dimasukkan ke dalam golongan hamba yang terbebas dari api neraka, sebagaimana pada malam-malam ini merupakan saat-saat yang paling bahagia untuk meraih rahmat, ampunan dan itqun minan-nar. Saat-saat bahagia untuk memperlihatkan jati diri kita dihadapan Allah sebagai hamba-Nya yang patuh dan tunduk dalam segala sisi kehidupan. Saat-saat bahagia menunjukkan kebaikan yang kita miliki dihadapan sang Maha Pencipta dan Maha Kasih. Saat-saat bahagia menjadikan diri sangat dekat dengan Allah dan butuh akan ampunan-Nya dan kasih sayang-Nya.

Bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat dirindukan dan dinanti-nantikan orang-orang beriman karena kemuliaan dan keagungan yang terdapat di dalamnya. Salah satunya adalah Lailatul Qadar.

Kalau boleh dikatakan kebahagiaan kita sejak awal mengikuti ibadah dan amaliyah bulan Ramadhan belumlah lengkap jika tidak berada pada malam-malam sepuluh hari terakhir ini. Inilah hari-hari yang menjadi ujian bagi umat yang merindukan kebahagiaan hakiki. Banyak para ulama salafusshalih sangat menantikan akan hari-hari dan malam-malam sepuluh terakhir ini.

Pada hari dan malam sepuluh hari terakhir ini menjadi penentu dan puncak kebahagiaan kita. Nabi saw bersabda:

وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Bahwa setiap pekerjaan itu ditentukan pada penutupnya” (Bukhari dan Ahmad)

Disaat hari dan malam sepuluh terakhir ini, kadang sebagian masyarakat yang sibuk mengurus hal-hal remeh; persiapan baju lebaran, makanan lebaran, mudik lebaran, dan lain-lainnya, sehingga tidak jarang dari mereka akhirnya lupa akan ibadah utama yaitu shalat tarawih, karena cape dan letih mengurus sesuatunya di siang hari.

Apa yang selayaknya dilakukan oleh kita agar dapat meraih bahagia pada hari-hari penentuan ini?

Paling tidak ada beberapa hal yang mesti kita perhatikan:

1. Usahakan tetap menjaga niat dan semangat ibadah, kalau bisa kuatkan dan tingkatkan semangat dalam beribadah kepada Allah.

2. Hindari diri dari melakukan hal-hal remeh temeh, jadikan setiap waktu; detik, menit dan jamnya sebagai kesempatan yang tidak boleh terlewatkan tanpa ibadah.

3. Kalau memang harus mudik (pulang kampung) jangan tinggalkan ibadah puasa dan shalat tarawih atau tilawah qur’an.

4. Perbanyak doa dan mohon ampunan.

Dengan demikian, kita berharap saat-saat menentukan tersebut kita dapat melewati dengan baik, tanpa ada sedikitpun waktu yang terlewatkan tanpa manfaat dan faedah serta ibadah.

By : Abdulloh

from > WirausahaPesantren