Pada suatu hari setelah memimpin sholat subuh Nabi Muhammad shollallahu
’alaih wa sallam langsung naik ke atas mimbar dan menyampaikan ceramah
panjang hingga datangnya waktu zuhur. Sesudah beliau selesai memimpin
sholat zuhur, beliau lalu naik kembali ke atas mimbar untuk menyampaikan
ceramah hingga datangnya waktu asar. Lalu sesudah memimpin sholat asar
beliau langsung kembali ke atas mimbar menyampaikan ceramah hingga
magrib. Sesudah mengimami sholat magrib beliau tidak naik lagi ke atas
mimbar.
Para sahabat yang hadir menceritakan bahwa pada hari di
mana Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mendadak menyampaikan
semacam daurah seharian penuh itu beliau panjang lebar menjelaskan
mengenai apa-apa yang bakal berlaku atau terjadi hingga datangnya hari
Akhir atau hari Kiamat. Begitu pentingnya urusan hari Akhir ini sehingga
beliau memerlukan seharian penuh untuk menjelaskan tanda-tanda akhir
zaman menjelang datangya hari Kiamat kepada para sahabatnya. Lalu mereka
yang hadir berkata: ”Sesudah wafatnya Nabi Muhammad shollallahu ’alaih
wa sallam setiap aku bertemu dengan suatu peristiwa yang merupakan tanda
akhir zaman maka akupun teringat ceramah panjang nabi hari itu. Persis
seperti orang yang bertemu dengan orang yang sudah lama berpisah.
Sehingga saat bertemu, segera teringat kembali wajahnya.”
Memang,
sudah semestinyalah kita ummat Islam menghayati betapa pentingnya
urusan mengimani dan mempersiapkan diri menghadapi hari Akhir. Sebab
Allah subhaanahu wa ta’aala sendiri di dalam Al-Qur’an mengkondisikan
Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam agar tidak menganggap bahwa
hari Akhir atau Hari Kiamat atau hari Berbangkit itu masih jauh.
Melalui
ayat di atas Allah subhaanahu wa ta’aala mengkondisikan Nabi Muhammad
shollallahu ’alaih wa sallam untuk menghayati bahwa hari Akhir atau hari
Kiamat sudah dekat. Oleh sebab itu Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa
sallam juga mengkondisikan para sahabatnya dan kita semua selaku
ummatnya untuk menghayati bahwa hari Akhir sudah dekat dan tidak lama
lagi akan segera datang.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik
radhiyallahu ’anhu berkata: Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam
bersabda: “Aku dan hari kiamat diutus (berdampingan) seperti ini.” Anas
berkata:”Dan beliau menghimpun jari tengah dan jari telunjuknya.” (HR
Muslim 14/193)
Sehingga pernah diriwayatkan bahwa pada suatu hari
seorang sahabat melihat di kejauhan ufuk ada asap yang mengepul. Maka
sahabat tersebut langsung keliling ke rumah para sahabat lainnya
menggedor pintu rumah mereka seraya berteriak:
“Asap…! Asap…!”
Artinya,
pada saat sahabat ini melihat asap tersebut, maka ia teringat
penjelasan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengenai salah
satu tanda besar menjelang datangnya hari Kiamat adalah bila sudah
terlihat asap mengepul. Jika lima belas abad yang lalu saja sahabat
telah sedemikian seriusnya mensikapi tanda-tanda akhir zaman, bagaimana
lagi sepatutnya kita yang hidup di zaman ini?
Bahkan sedemikian
pentingnya urusan hari Akhir ini sehingga dari enam rukun iman yang kita
pelajari sejak masih SD, maka beriman kepada hari Akhir adalah yang
paling sering disebut berpasangan dengan beriman kepada Allah subhaanahu
wa ta’aala. Di dalam Al-Qur’an maupun Hadits sangat sering kita dapati
hal ini.
“Demikianlah diberi pengajaran dengannya orang yang
beriman kepada Allah dan hari akhir. Barangsiapa yang bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.”(QS 65:2)
Bahkan
dalam satu hadits di bawah ini sampai tiga kali Nabi menyebutkan iman
kepada Allah subhaanahu wa ta’aala bersamaan dengan iman kepada hari
Akhir.
Bersabda Rasulullah saw: “Barangsiapa beriman kpd Allah
dan Hari Akhir hendaklah bicara yang baik atau diam. Dan barangsiapa
beriman kpd Allah dan Hari Akhir hendaklah menghormati tetangganya. Dan
barangsiapa beriman kpd Allah dan Hari Akhir hendaklah menghormati
tamunya.” (HR Bukhari-Muslim)
Ayat dan hadits seperti di atas
banyak kita temui di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga kita bisa
sampai pada suatu kesimpulan bahwa tingkat pentingnya mengimani hari
Akhir setara atau sederajat dengan iman kepada Allah subhaanahu wa
ta’aala
"Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit.
Katakanlah, "Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya
di sisi Allah." Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari
berbangkit itu sudah dekat waktunya.”(QS Al-Ahzab 63)
http://imaduddien-matahati.blogspot.com/2010/01/warung-blog-cantik-pentingnya-beriman.html#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar